Jumat, 02 Mei 2014

Ilham Baik dan Jahat

Hidup adalah pilihan. Itulah yang sering kali kita dengar saat kita menghadiri training motivasi atau sebagainya, atau juga saat kita membaca sebuah buku yang bertemakan tentang kesuksesan. Pada kenyataannya memang begitu. Jika kita mencoba untuk berpikir hidup memang pilihan. Semuanya pilihan kita sendiri.

Semuanya berawal dari sebuah keinginan atau kata hati. Hati menginginkan sesuatu. Hati mengatakan sesuatu. Keinginan dan kata hati ini selanjutnya kita pilih untuk dijadikan sebuah keinginan. Inilah awal kita memilih. Baru setelah itu kita memutuskan untuk memilih mewujudkannya.

Hidup ini berawal dari hati. Di mana hati menerima atau mengeluarkan sebuah gerakan baik itu keinginan atau harapan. Sebelum melakukan sesuatu apa pun pasti semuanya sudah terbesit dalam hatinya.

Dalam hal baik dan buruk pun semuanya itu berasal dari hati. Saya lebih enak menyebuttnya ilham baik dan buruk. Kenapa saya menyebutnya begitu? Karena ketika seseorang ingin melakukan suatu perbuatan tentunya telah ada yang mengatakan bahwa perbuatan itu benar atau salah untuk dilakukan. Itu adalah ilham dari Tuhan. Ini selaras dengan firman Allah dalam Alquran Surat Asy Syams ayat 8 :

فألهمها فجورها وتقوىها
" maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)kefasikan dan ketakwaannya" (QS Asy Syams : 8)

Nah, apa hubungannya antara semua berasal dari ilham hati dan hidup itu pilihan? Ilham baik dan buruk ini akan selalu ada ketika manusia hendak melakukan atau menginginkan sesuatu. Sehingga sebenarnya dia sudah tahu apa yang dia lakukan itu baik atau buruk tapi karena memang sudah tertutupi oleh keinginannya atau hasratnya maka dia tetap melakukannya walau itu buruk atau tidak melakukannya walau itu baik. Itu merupakan pilihan. Jadi sebenarnya itu pilihan mau atau tidak?

Contoh: Kita hidup dalam satu kos bersama seorang teman. Kemudian pada suatu hari, ketika teman kita sedang tidak ada di kos ada keinginan untuk mencuri uangnya. Nah saat kita ingin mencuri inilah akan ada ilham baik dan buruk terbesit dalam hati bahwa itu buruk tidak boleh dilakukan tapi kadang terbesit bahwa kita sedang butuh uang untuk suatu keperluan. Dari contoh ini pasti kita pernah merasakannya walaupun bukan ingin mencuri uang. Bagaimana selanjutnya mencuri uang atau tidak itu adalah pilihan kita.


Begitulah Allah mengilhamkan mana yang baik dan mana yang buruk berdasarkan rasa kemanusian dalam diri manusia dan berdasarkan pengetahuan manusia itu sendiri.

Foto April 2014

Ini adalah foto yang diambil dari beberapa tempat yang menggambarkan tempat mana saja yang saya kunjungi pada selama bulan April 2014

.
Anak-anak di lingkungan taman Merjosari

Anak-anak yang sedang melihat sungai yang berada di samping Splendit

Gapura di mana aku turun ketika pulang

Ini adalah jalan lintas selatan di desa

Dua anak yang sedang naik angkot bersama pada waktu perjalanan kembali ke pesantren

Salah satu ruangan di RS Saiful Anwar pada saat aku menjenguk teman yang sakit

Sewaktu pulang dari RS Saiful Anwar melewati jalan ini dengan berjalan kaki

Seorang bapak yang berjalan di depan saya

Minggu, 29 September 2013

Mengamalkan Ilmu

Masalah keilmuan sudah sering kali dibicarakan jauh sebelum abad 21 ini berlangsung. Mulai abad sebelum-sebelumnya telah banyak manusia yang bergerak dalam bidang ini. Berbagai ilmu telah berkembang dari satu ilmu yang global menjadi ilmu-ilmu yang lebih khusus. Pembahasannya pun semakin rinci dari zaman ke zaman. Seiring bermunculannya ilmu-ilmu tersebut sering kali diiringi munculnya para ahli dalam bidang ilmu tersebut. Ilmu atau ilmu pengetahuan akan tetap dan terus berkembang selaras dengan berkembangnya masalah yang dihadapi manusia.

Dalam islam, ilmu yang paling diwajibkan dan ditekankan untuk dipelajari adalah ilmu syariat. Ilmu syariat sangat ditekankan karena ilmu tersebut digunakan untuk beribadah dan berhubungan dengan Tuhan seperti fikih, aqidah, akhlak, ilmu Al-Quran, dan lain-lain. Kenapa dalam islam ilmu yang berhubungan dengan ibadah atau Tuhan itu dianjurkan??? Alasannya adalah karena tujuan manusia penciptaan manusia itu adalah untuk beribadah kepada Tuhan.

Islam juga menganjurkan untuk mempelajari segala ilmu yang baik selain ilmu syariat seperti pertanian, perdagangan, ekonomi, sains, dan lain-lain. Bahkan islam tidak hanya menganjurkan tapi mewajibkan untuk mempelajarinya, tetapi dengan wajib kifayah. Artinya jika ada satu orang saja (dalam daerah dan waktu) yang sudah mempelari maka yang lain tidak mempunyai kewajiban untuk mempejarinya. Karena ilmu-ilmu seperti ini biasanya berlaku untuk masyarakat sehingga ditinjau dari aspek ini jadi jika beberapa orang telah mengetahuinya maka dianggap cukup. Sedangkan ilmu syariat biasanya adalah ilmu ilmu yang biasa digunakan oleh perorangan jadi hukumnya wajib bagi perorangan.

Dari semua ilmu yang ada baik itu ilmu syariat atau itu selain ilmu syariat itu tidak akan berguna jika hanya kita pelajari. Ilmu itu harus kita amalkan. Jika kita tidak mengamalaknnya maka ilmu itu hanya sekedar menjadi pengisi otak atau lebih tepatnya disebut pengetahuan. Karena yang disebut ilmu itu adalah pengetahuan yang diamalkan.

Saya ingin memberikan contohnya seseorang yang belajar shalat. Dia sudah mempelajari bahwa shalat itu terdiri dari membaca fatihah, ruku', sujud, tahiyat dan lainnya. Tapi dia tidak pernah mencoba untuk melakukannya apakah dia sudah benar benar tahu tentang shalat. Satu contoh lagi, seorang anak yang mempelajari cara agar bisa naik sepeda ontel, dia bisa menyebutkan caranya, bahwa kalau naik sepeda ontel itu pertama harus begini, kedua harus begitu dan sebagainya, tapi dia tidak pernah mempraktekkannya. Jadi tak ada guna pintar dalam hal apa pun jika tidak bisa mengamalkannya. Pengamalan ini akan menjadi sangat penting dalam islam. Karena hampir setiap ilmu syariat itu haruslah di amalkan.


Ilmu yang diamalkan biasanya akan sangat mudah untuk teringat dalam benak kita. Karena ilmu yang kita amalkan tersebut bukan lagi menjadi pengetahuan bagi kita tapi bisa menjadi karakter yang melekat bagi kita.

Kamis, 19 September 2013

BERGERAK

Bergerak, seperti halnya kata yang lain dapat diartikan dengan dua makna yang berbeda. Pertama, makna sebenarnya yaitu maknya memang makna asli dari kata tersebut. Kedua, makna tidak sebenarnya yaitu makna yang mempunyai pengertian lain atau maksud lain namun hampir serupa dengan makna kata aslinya.

Bergerak menurut pandangan saya adalah sebuah kata yang sangat istimewa. Kata ini sempat membuat saya berpikir dan berkeyakinan bahwa bergerak adalah sebab eksisnya jagat raya ini. Hampir semua makhluk baik makhluk hidup ataupun benda mati untuk tetap dalam keadaan baik maka harus bergerak.

Salah satu contoh bahwa bergerak akan membuat keadaan menjadi baik yaitu manusia yang kurang gerak biasanya lebih rentan terkena penyakit dibanding yang orang sering bergerak. Contoh lain adalah air yang diam akan lebih mudah keruh dan lama untuk kembali bersihnya daripada air yang bergerak maka dia akan cepat bening dan kalau keruh cepat kembali bening.


Manusia harus menggerakkan kemampuannya kreativitasnya jangan pernah diam agar tetap eksis. Karena perkembangan zaman tidak diam terus bergerak dan bergerak tidak pernah menunggu orang-orang yang lamban. Gerakkan pikiran dan hati untuk membangun dunia yang semakin baik dan baik lagi. Dalam Al-quran surat Al-Insyirah ayat 7 disebutkan yang artinya "Dan apabila kau telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh (urusan) yang lain. Ayat tersebut mengisyaratkan kepada kita agar tidak diam dan bergerak.  Maka dari itu, bergeraklah!

KEKUATAN SABAR

Sewaktu saya sedang membaca Alquran pada suatu hari tiba-tiba saya menemukan beberapa ayat yang membuat saya tertarik untuk mempelajarinya. Ayat tersebut menerangkan tentang keutamaan kesabaran orang beriman dalam perang. Tapi walaupun begitu, dalam pikiran saya Alquran tidak diturunkan hanya untuk satu masa saja. Tentutnya ayat tersebut masih berlaku sampai sekarang dan juga untuk kita walaupun sekarang kita semua tidak dalam keadaan berperang. Begitulah Alquran mempunyai makna yang sangat global. Terlintas dalam pikiran saya bahwa perang itu terkonotasi pada berusaha dan bertahan dalam derita. Sehingga saya memaknainya sebagai sabar dalam berusaha dan menghadapi penderitaan.

Ayat-ayat tersebut adalah dua ayat dari Surat Al Anfal ayat 65-66 yang artinya sebagai berikut :
"Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti (65). Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang; dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar (66). (QS. Al Anfal :65-66).

Dari ayat pertama, saya mengambil sebuah konotasi sebagai berikut : orang yang sabar adalah kita dan orang-orang kafir adalah persoalan/penderitaan yang kita hadapi. Jadi jika kita rinci dari ayat ini 20 : 200 dan 100 : 1000 maka kita perbandingannya adalah 1 : 10. Artinya jika yang tidak sabar hanya bisa menghadapi masalah sabanyak 1 saja maka orang yang sabar akan mampu menghadapi masalah sebanyak 10. Itulah kekuatan sabar.

Pada ayat kedua, Allah membandingkan 100 : 200 dan 1000 : 2000 artinya jika diperkecil lagi maka perbandingannya adalah 1 : 2. Satu orang yang tidak sabar hanya bisa menghadapi satu masalah dan satu orang yang sabar bisa menghadapi dua masalah. Hal ini berbeda dari ayat di atas. Pada ayat ini ada kata-kata "Dia mengetahui bahwa padamu ada kelemahan". Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika orang yang kuat dan sabar maka perbandingan dengan orang yang tidak sabar 1 : 10, sedangkan orang yang lemah dan sabar maka perbandingannya adalah 1 : 2. Begitu hebatnya kekuatan yang dimiliki oleh orang yang bersabar.


Hal-hal seperti di atas dapat benar-benar terjadi jika kita bisa bersabar dengan benar. Selain itu, semua itu bisa terjadi karena satu hal yaitu karena Allah bersama mereka (orang-orang yang sabar) dan mereka merasa bahwa Allah bersama mereka dan mereka yakin bahwa Allah bersama mereka. Mereka yakin Allah bisa meringankan beban mereka seberat apapun. Inilah kuncinya.