MAKALAH TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI
BIDARA (Ziziphus mauritiana)
Ditulis Sebagai Tugas Perkuliahan
Oleh:
Nama
: Baharuddin Rauf
NIM :
10620090
Kelas : Biologi C
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tumbuhan-tumbuhan yang berada di dunia ini sangat beragam sekali.
Mulai dari tumbuhan tingkat rendah samapi tingkat tinggi. Tumbuhan tingkat
rendah adalah tumbuhan yang belum memiliki sistem pembuluh dan alat
perkembangannya bukan dengan biji. Tumbuhan tingkat rendah mempunyai banyak
manfaat baik bagi manusia atau lingkungan sekitarnya. Tumbuhan tingkat tinggi
adalah kebalikan dari tumbuhan tingkat rendah misalnya alga-algaan yang
biasanya digunakan sebagai bahan pembuat agar-agar. Tumbuhan tingkat tinggi
juga memiliki banyak manfaat yang tidak dapat terhitung jumlahnya. Salah satu
contohnya adalah sebagai bahan pangan, misalnya, jagung (Zea mays)Baik
tumbuhan tingkat rendah atau tumbuhan tingkat tinggi mempunyai peranan yang
berbeda.
Sering kali kita mengenal tumbuhan-tumbuhan yang bermanfaat di
sekitar kita, baik sebagai bahan pangan (jagung, padi, singkong), sayur (bayam,
wortel), bumbu (ketumbar, cabai, kemiri), atau sebagai obat-obatan tradisional
(gingseng, jintan hitam, bawang merah). Semua tiu adalah tumbuhan-tumbuhan yang
sering kita gunakan dan masih banyak lagi yang belum saya sebutkan. Akan
tetapi, masih banyak pula tumbuhan-tumbuhan yang sudah kita kenal namun
belum kita ketahui manfaatnya.
Pada zaman sekarang telah banyak dilakukan penelitian-penelitian
tentang masalah tmbuhan-tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia. Hal tersebut
dilakukan demi kesejahteraan manusia itu sendiri. Telah banyak sekali buku-buku
atau artikel-artikel yang diterbitkan dan dipublikasikan ke masyarakat lewat
media massa atau secara langsung. Penemuan-penemuan baru pun bermunculan.
Tetapi, jauh sebelum ditemukannya penemuan-penemuan tersebut alquran telah
menyebutkan beberapa tumbuhan yang mempunyai peranan terhadap kehidupan manusia,
baik dalam bentuk positif atau negative. Dan menurut hemat saya semua
tumbuhan-tumbuhan yang disebutkan dalam alquran mempunyai peranan positif yang
lebih banyak daripada negatifnya. Oleh karena itu, dibuatlah makalah ini
sebagai tugas perkuliahan sekaligus menjelaskan manfaat dari tumbuhan yang
menjadi setiap tugas masing-masing mahasiswa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini dibuat untuk menentukan tujuan dibuatnya
makalah ini. Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah pohon
bidaara (Ziziphus mauritiana) dalam persepektif islam?
2.
Bagaimanakah
cirri-ciri morfologi dari pohon bidara (Ziziphus mauritiana)?
3.
Apakah manfaat pohon
bidara (Ziziphus mauritiana)?
C.
Tujuan
Tujuan dalam makalah ini dibuat untuk menentukan apa saja yang
dituju dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah tidak menuju pembahasan
selain apa yang menjadi tujuan dalam makalah ini. Tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui
persepektif islam tentang pohon bidara (Ziziphus mauritiana)
2.
Mengetahui
cirri-ciri morfologi dari phon bidara (Ziziphus mauritiana)
3.
Mengetahui manfaat
dari pohon bidara (Ziziphus mauritiana)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pohon Bidara (Ziziphus
mauritiana) dalam Persepektif Islam
Dalam Alquran pohon bidara disebutkan dalam 2 tempat yaitu pada Saba’
ayat 16 dan Al-Waqi’ah ayat 28.
Surah Saba’ ayat 16 yang artinya:
"tetapi mereka berpaling, Maka Kami
datangkan kepada mereka banjir yang besar[1236] dan Kami ganti kedua kebun
mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl
dan sedikit dari pohon Sidr[1237]."
[1236] Maksudnya: banjir besar yang disebabkan runtuhnya bendungan
Ma'rib.
[1237] Pohon Atsl ialah sejenis pohon cemara pohon Sidr ialah
sejenis pohon bidara.
Ayat di atas adalah ayat yang menerangkan tentang azab Allah
terhadap kaum Saba’ yang dalam ayat sebelumnya adalah masyarakat yang damai
dengan dua kebun di sebelah kanan dan kiri. Namun karena mereka berpaling
berpaling dan tidak meu mensyukuri hal itu kemudian Allah menggantikan
kebun-kebun itu dengan pohon yang
rasanya pahit, atsl atau sejenis cemara dan pohon bidara.
Surah Al-Waqi’ah ayat 28 yang artinya:
"berada di antara pohon bidara yang tak
berduri,"
Dalam surah ini, kita menemukan beberapa kata atau istilah yang
dipergunakan untuk menggambarkan kenikmatan surge bagi kaum yang bertakwa.
Contohnya adalah kata sidr, yang berarti pohon bidara. Ia mampu
menyimpan banyak air sebagai persedian di musim panas. mungkin karena iulah ia
mampu bertahan hidup di padang pasir; pohon itu sendiri berbau lembut dan
berduri. Namun berbeda dengan pohon bidara biasa, bidara surge tidak berduri.
Kata yang menentukan bahwa di surge pohon bidara tidak berduri adalah kata 7qàÒø¤C mempunyai arti kata tidak berduri.
Dalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa “Berada di
antara pohon bidara yang tak berduri” yang dipenuhidengan buah-buahan. Lain
halnya dengan bidara di dunia banyak durinya dan sedikit buahnya. Al-Hafidz Abu
Bakar Ahmad bin Sulaiman an-Najar meriwayatkan bahwa Salim bin Amir berkata
‘Para sahabat Rasulullah mengatakan , ‘Sesungguhnya Allah telah memberikan
manfaat kepada kita dengan kehadiran orang-orang Arab Badui dan permasalahan
mereka. Perawi berkata’ Pada suatu hari
datanglah seorang Arab Badui kemudian berkata, ‘ Wahai Rasulullah, Allah
menyebutkan bahwa di dalam suurga itu ada sebuah pohon yang akan menyakiti jika
orang yang mendekatinya’. Rasulullah bertanya, ‘Pohon apakah itu?’ Katanya
lagi, “Pohon bidara. Sebab pohon ini mempunyai duri yang membahakan. Rasulullah
balik bertanya, “Bukankah Allah sendiri telah menyatakan “Berada di antara
pohon bidara yang tidak berduri”. Allah telah mencabut durinya, kemudian
menggantikannya dengan buah-buahan di tempat duri itu tumbuh. Sesungguhnya
pohon bidara ini akan menumbuhkan buah-buahan. Dari salah satu buah terdapat padanya
buah akan mengelaurkan72 warna makanan.
Selain itu, pohon bidara juga dipakai untuk memandikan jenazah,
sebagaimana yang termaktub dalam hadits berikut ini :
وَعَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: ( دَخَلَ عَلَيْنَا اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَنَحْنُ نُغَسِّلُ ابْنَتَهُ، فَقَالَ: "اغْسِلْنَهَا ثَلَاثًا, أَوْ خَمْسًا, أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ، إِنْ رَأَيْتُنَّ ذَلِكَ, بِمَاءٍ وَسِدْرٍ, وَاجْعَلْنَ فِي الْآخِرَةِ كَافُورًا, أَوْ شَيْئًا مِنْ كَافُورٍ"، فَلَمَّا فَرَغْنَا آذَنَّاهُ, فَأَلْقَى إِلَيْنَا حِقْوَهُ.فَقَالَ: "أَشْعِرْنَهَا إِيَّاهُ" ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. وَفِي رِوَايَةٍ: ( ابْدَأْنَ بِمَيَامِنِهَا وَمَوَاضِعِ اَلْوُضُوءِ مِنْهَا ). وَفِي لَفْظٍ ِللْبُخَارِيِّ: ( فَضَفَّرْنَا شَعْرَهَا ثَلَاثَةَ قُرُونٍ, فَأَلْقَيْنَاهُ خَلْفَهَا )
Ummu Athiyyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam masuk ketika kami sedang memandikan jenazah
puterinya, lalu beliau bersabda: "Mandikanlah tiga kali, lima kali, atau
lebih dari itu. Jika kamu pandang perlu pakailah air dan bidara dan pada yang
terakhir kali dengan kapur barus :kamfer) atau campuran dari kapur barus."
Ketika kami telah selesai, kami beritahukan beliau, lalu beliau memberikan
kainnya pada kami seraya bersabda: "Bungkuslah ia dengan kain ini."
Muttafaq Alaihi. Dalam suatu riwayat: "Dahulukan bagian-bagian yang kanan
dan tempat-tempat wudlu." Dalam suatu lafadz menurut Bukhari: Lalu kami
pintal rambutnya tiga pintalan dan kami letakkan di belakangnya,
Selain itu, pohon bidara mempunyai
manfaat yang lain yaitu daun bidara dignakan untuk Pengobatan Penyakit Sihir
dan Guna-guna.
Daun bidara juga bemanfaat-dengan
izin Alloh tentunya- untuk pengobatan gangguan sihir, ‘ain (mata jahat) dan
suami yang tercegah dari menggauli istrinya, oleh karena itu para ulama
menjelaskan caranya adalah ambil tujuh helai daun bidara yang bagus, kemudian
bacakan doa dan ruqyah, tumbuk dan campurkan ke dalam air kemudian air
digunakan untuk mandi dan minum si sakit.
Dan termasuk dari faidah Tanaman
Bidara sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qoyyim rohimahulloh diantaranya:
Buahnya bisa dimakan, mengobati diare, obat untuk penyakit perut, memperkuat
fungsi hati dan empedu, meningkatkan nafsu makan, dll.
B.
Pohon Bidara (Ziziphus mauritiana)
a.
Klasifikasi
Kerajaan
Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Subkelas Rosidae
Bangsa Rhamnales
Suku Rhamnaceae
Marga Ziziphus
Jenis Zizphus mauritiana
Nama Lokal : Tanaman ini dikenal pula dengan pelbagai nama daerah
seperti widara (Sd., Jw.) atau dipendekkan menjadi dara (Jw.); bukol (Md.);
bĕkul (Bal.); ko (Sawu); kok (Rote); kom, kon (Timor); bĕdara (Alor); bidara
(Mak., Bug.); rangga (Bima); serta kalangga (Sumba)
Nama Luar Negeri : Sebutan di negara-negara lain di antaranya:
bidara, jujub, epal siam (Mal.); manzanitas (Fil.) zee-pen (Burma); putrea
(Kamboja); than (Laos); phutsaa, ma tan (Thai); tao, tao nhuc (Vietnam). Dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai Jujube, Indian Jujube, Indian plum, atau Chinese
Apple; serta Jujubier dalam bahasa Prancis.
b.
Sejarah
Pohon Bidara Di Indonesia
Dari sejarah yang tertulis ternyata buah Bidara
ini merupakan buah yang pertama kali dimakan Nabi Adam Alaihi salam. Dalam
Algur’an buah bidara dinamakan Shidr. Dalam surat al-waqiah 28. disebutkan “
Berada di tengah-tengah pohon bidara yang tidak berduri.” Bagi "golongan
kanan," keadaan bahagia yang mereka alami di dunia ini tercermin di
akhirat nanti. Sidr adalah pohon bidara, di akhirat. Pohon itu tidak memiliki
duri, karena segala sesuatu di akhirat akan berada dalam bentuknya yang paling
murni. Wanita akan tetap selamanya perawan, dan selamanya hidup. Segala sesuatu
berada dalam bentuknya yang sempurna, termurni, dan terbaik. Duri adalah
sesuatu yang tidak menyenangkan dan, karena itu, tidak ada dalam surga di
akhirat. Tidak ada sesuatu pun yang bisa melukai penghuni surga itu.
Ditanah Arab, Buah Bidara dapat dijumpai dipasar-pasar setempat
bahkan keberadaan tanaman bidara disana menjadi pendukung perbedaan khasiat
madu. Madu Arab terkenal dimana-mana, salah satu factor kunci makanan lebah
penghasil madu di Arab yakni keberadaan pohon Kurma dan Pohon Bidara. Tanaman
bidara banyak pula tumbuh di daerah Kasmir , sebuah wilayah di Pegunungan
Himalaya, yang terbelah diantara India dan Pakistan. Selain Madu Arab dikenal
pula ada juga MADU KASHMIR yang banyak dikonsumsi dan menjadi favorit
masyarakat di Arab Saudi dan bahkan menyebar keseluruh dunia.
Boleh jadi keberadaan tanaman Bidara di Pulau Sumbawa juga
disebabkan oleh kedatangan orang-orang arab yang memang sejak lama sudah
menginjak kakinya di pulau Sumbawa.
Di Sumbawa, buah bidaral bukanlah buah yang dikomersilkan secara
luas, pasalnya saat musim berbuah tiba semua orang bisa memetik buah bidara
yang pohonnya juga menghisasi jalan-jalan sepanjang Sumbawa dari wilayah Timur
sampai Barat. Namun jika malas berburu buah bidara, keberadaannya bisa juga
didapatkan dipasar-pasar tradisional setempat. Harga satu mangkuk saat musim
berbuah berkisar antara Rp.500 – 1000, namun diluar musim berbuah, harga buah
bidara melonjak menjadi Rp.2000.
Rasa buah bidara umumnya pahit asam manis, disaat buah berwarna
hijau maka umumnya rasa buah bidara pahit keasaman. Warna ranum kuning
kemerahan dan kecoklatan bisa dipastikan buah goal tersebut akan terasa manis,
namun sentuhan asam masih tetap ada. Bentuknya menyerupai anggur namun kulitnya
tidak sekeras anggur. Ditengah daging yang empuk dan lembek terdapat biji yang
cukup kasar. Konon biji bidara ini bisa dijadikan bahan dasar kosmetik untuk
menghaluskan kulit.
Buah bidara yang menjadi favorit masyarakat Sumbawa yakni yang berjenis
buah bidara besar atau masyarakat menyebutnya goal gayong. Bentuk buah bidara
ini lebih besar dibandingkan dengan bidara lainnya. Ukuran goal gayong ini
sebesar kelereng bahkan rata-rata sebesar buah lengkeng yang terbesar. Akan
membuat lidah bergoyang jika buah bidara ini dimakan menggunakan sambal garam.
Buah yang warna hijau ditambah dengan sambal garam yang cukup pedas dipastikan
kenikmatan itu tidak akan hilang begitu saja.
Secara umum buah bidara bermanfaat untuk menguatkan kecerdasan
otak, memperlancar makanan di usus, Menghilangkan penyakit kuning, menghaluskan
kulit, meningkatkan selera makan, menghilangkan dahak, serta menyembuhkan
penyakit lambat haid.
Dalam masyarakat Sumbawa ternyata keberadaan pohon bidara juga
menyentuh dunia mistik. Daun bidara dipercaya dapat mengusir setan atau
mengembalikan kesadaran orang yang terkena sihir. Bahkan orang tua dulu
memanfaatkan daun bidara untuk memandikan mayat jika mulut mayat tersebut tidak
bisa tertutup rapat. Alhasil setelah dimandikan dengan daun bidara maka mulut
mayat akan tertutup rapat.
c.
Habitat
Pohon bidara (Ziziphus mauritiana) merupakan pohon kecil
dari Indoneisia dan India, family Rhamnaceae, bentuk melengkung, tumbuh di
hutan savanna di daratan rendah, kadang-kadang ditanam untuk buahnya.
d.
Habitus
Tanaman bidara (Ziziphus mauritiana) adalah tanaman yang
berupa perdu atau pohon dengan ranting-ranting yang kerap kali menggantung.
Selain itu, pada daun-daunnya terdapat daun penumpu yang berupa duri.
e.
Morfologi
1.
Daun
Daun tunggal, terletak berselang-seling daun bertangkai, bentuk
bulat telur oval, mempunyai ukuran lebar dan panjang daun 4-8x2-7 cm, bertulang
daun membujur sejajar 3, bergerigi
lemah, dari bawah putih atau cokelat karat seperti vilt dan gundul dan
mengkilap di sisi atas. Daun ini bertangkai
pendek 8-15 mm.
2.
Batang
Batang berkayu, berupa pohon yang tinggi dapat mencapai 5-15 meter.
Batang bengkok dan bertonjolan. Ukuran diameter batang berkisar antara 25-50
cm. Ranting-ranting menjuntai, tumbuh simpang siur dan berambut pendek. Selalu
hijau atau semi menggugurkan daun.
3.
Akar
Perakaran pada bidara (Ziziphus mauritiana) berupa akar
serabut di mana tumbuhan ini mempunyai akar primer yang terus tumbuh menembus
ke dalam tanah secara vertical dan dari akar ini tumbuh akar sekunder yang
biasanya tumbuh secara horizontal memperluas wilayah penyerapan.
4.
Bunga
Perbungaan berbentuk payung menggarpu tumbuh di ketiak daun,
panjang 1–2 cm, berisi 7–20 kuntum. Bunga-bunga berukuran kecil, bergaris
tengah antara 2–3 mm, kekuningan, sedikit harum, bertangkai 3–8 mm; kelopak
kuning kehijauan, separo jalan berlekuk 5, taju segi 3 bulat telur dari dalam
tunas, dari luar berbentuk vilt, berambut di luarnya dan gundul di sisi dalam;
mahkota 5 bulat telur tebailik, bentuk tudung, putih agak seperti sudip, cekung
dan melengkung. Tonjolan dasar bunga datar, berlekuk 10, mengelilingi bakal
buah yang beruang 2. Cabang tangkai putik 2.
5.
Buah
Buah batu berbentuk bulat hingga bulat telur, hingga 6 cm × 4 cm
pada kultivar-kultivar yang dibudidayakan, namun kebanyakan berukuran jauh
lebih kecil pada pohon-pohon yang meliar; berkulit halus atau kasar, mengkilap,
tipis namun liat, kekuningan, kemerahan hingga kehitaman jika masak; daging
buahnya putih, mengeripik, dengan banyak sari buah yang agak masam hingga manis
rasanya, menjadi menepung pada buah yang matang penuh. Biji terlindung dalam
tempurung yang berbingkul dan beralur tak teratur, berisi 1–2 inti biji yang
coklat bentuk jorong.
f.
Manfaat
Buah bidara kultivar unggul diperjual belikan sebagai buah segar,
untuk dimakan langsung atau dijadikan minuman segar. Di beberapa tempat, buah
ini juga dikeringkan, dijadikan manisan, atau disetup. Buah muda dimakan dengan
garam atau dirujak. Buah dari pohon yang meliar kecil-kecil dan agak pahit
rasanya. Buah bidara merupakan sumber karoten, vitamin A dan C, dan lemak.
Daun-daunnya yang muda dapat dijadikan sayuran. Daunnya yang tua
untuk pakan ternak. Rebusan daunnya diminum sebagai jamu. Daun-daun ini membusa
seperti sabun apabila diremas dengan air, dan digunakan untuk memandikan orang
yang sakit demam. Di Jakarta, daun-daun bidara digunakan untuk memandikan
mayat.
Selain daun, buah, biji, kulit kayu, dan akarnya juga berkhasiat
obat, untuk membantu pencernaan dan sebagai tapal obat luka. Di Jawa, kulit
kayu ini digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan; dan di Malaysia, kulit
kayu yang dihaluskan dipakai sebagai obat sakit perut. Kulit kayu bidara diyakini
memiliki khasiat sebagai tonikum, meski tidak terlalu kuat, dan dianjurkan
untuk penyakit lambung dan usus. Kulit akarnya, dicampur dengan sedikit pucuk,
pulasari, dan bawang putih, diminum untuk mengatasi kencing yang nyeri dan
berdarah.
Kayunya berwarna kemerahan, bertekstur halus, keras, dan tahan
lama. Kayu ini dijadikan barang bubutan, perkakas rumah tangga, dan peralatan
lain. Di Bali, kayu bidara dimanfaatkan untuk gagang kapak, pisau, pahat, dan
perkakas tukang kayu lainnya. Berat jenis kayu bidara berkisar antara
0,54-1,08. Kayu terasnya yang bervariasi dalam warna kuning kecokelatan, merah
pucat atau cokelat hingga cokelat gelap, tidak begitu jelas terbedakan dari
kayu gubal. Kayu ini dapat dikeringkan dengan baik, namun kadang-kadang sedikit
pecah. Di samping penggunaan di atas, kayu bidara juga cocok digunakan untuk
konstruksi, furnitur dan almari, peti pengemas, venir dan kayu lapis.
Bidara menghasilkan kayu bakar yang berkualitas baik; nilai kalori
dari kayu gubalnya adalah 4.900 kkal/kg. Kayu ini juga baik dijadikan arang.
Ranting-rantingnya yang menjuntai mudah dipangkas dan dipanen sebagai kayu
bakar.
Kulit kayu dan buah bidara juga menghasilkan bahan pewarna[2].
Bahan-bahan ini menghasilkan tanin dan pewarna coklat kemerahan atau keabuan
dalam air. Di India, pohon bidara juga digunakan dalam pemeliharaan kutu lak;
ranting-rantingnya yang terbungkus kotoran kutu lak itu dipanen untuk
menghasilkan sirlak (shellac).
g.
Kandungan
Gizi
Bidara
mengandung fosfor, kalsium, vitamin A dan C. Buah (isi 100g)-71-86 g air,
12.8-23.7 g karbohidrat, 0.7-08 g protein, 0.1-1.7 g lemak, 30 mg fosfor, 30 mg
klasium, 50-70 IU vitamin A, dan 50-150 mg vitamin C.
h.
Penyebaran
Tanaman ini terutama tumbuh baik di wilayah yang memiliki musim
kering yang jelas. Kualitas buahnya paling baik jika tumbuh pada lingkungan
yang panas, kaya cahaya matahari, dan cukup kering; namun hendaknya mengalami
musim hujan yang memadai untuk menumbuhkan ranting, daun dan bunga, serta untuk
mempertahankan kelembaban tanah selama mematangkan buah. Bidara berkembang luas
pada wilayah dengan curah hujan 300-500 mm pertahun. Untuk keperluan komersial,
pohon bidara dapat dikembangkan hingga ketinggian 1.000 m dpl.; akan tetapi di
atas ketinggian ini pertumbuhannya kurang baik.
Tahan iklim kering dan penggenangan, bidara mudah beradaptasi dan
kerap tumbuh meliar di lahan-lahan yang kurang terurus dan di tepi jalan.
Tumbuh di pelbagai jenis tanah: laterit, tanah hitam yang berdrainase baik,
tanah berpasir, tanah liat, tanah aluvial di sepanjang aliran sungai
(riparian).
Bidara diperkirakan memiliki asal-usul dari Asia Tengah, dan
menyebar alami di wilayah yang luas mulai dari Aljazair, Tunisia, Libia, Mesir,
Uganda dan Kenya di Afrika; Afganistan, Pakistan, India utara, Nepal,
Bangladesh, Cina selatan, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaya, Indonesia,
hingga Australia. Kini bidara telah ditanam di banyak negara di Afrika, dan
juga di Madagaskar. Namun yang mengembangkannya secara komersial hanyalah
India, Cina, dan sedikit di Thailand.
i.
Syarat
Tumbuh
Bidara merupakan tumbuhan yang bandel, yang dapat mengatasi suhu
ekstrem dan mampu bertahan hidup pada lingkungan yang agak kering. Kualitas
buahnya akan paling baik jika tumbuh pada lingkungan yang panas, di udara
terbuka dan kering, tetapi hendaknya ada musim hujan untuk mendukung
pertumbuhan perpanjangan dan pembungaannya, dan idealnya tanahnya memiliki
cukup kelembapan sits untuk mematangkan buahnya. Jika terjadi cuaca yang buruk,
pohon bidara ini akan menjadi do an. Pada habitat alaminya, curah hujan
tahunannya berkisar antara 12 5 mm dan di atas 2.000 m ; suatu penelitian di
India menunjukkan bahwa b berapa kultivar akan tumbuh cukup balk pada cura
hujan serendah 300-400 mm per tahun. Suhu maksimumnya adalah 37-48° C, dan suhu
minimumn 7-13° C, tetapi pohon bidara masih tahan terhadap embun beku yang
ringan. Kisaran ketinggian tempat tumbuhnya ialah antara tepi pantai sampai kira-kira
1000 m dpl. Bidara menghendaki tanah yang cukup ringan dan dalam, tetapi
pohonnya dapat pula tumbuh di lahan marginal, tanah basa, tanah asin atau
sedikit asam, baik tanah ringan maupun berat, rentan terhadap kekeringan atau
kadang-kadang tergenang.
j.
Pedoman
Budidaya
Walaupun hampir semua pohon bidara yang dipelihara diperbanyak
dengan benih, perbanyakan vegetatif makin banyak dipraktekkan, karena itulah
satu-satunya cara untuk memperoleh pohon yang sifatnya sama dengan induknya.
Pohonnya dapat diperbanyak melalui setek atau cangkok, tetapi penempelan atau
penyambunganlah yang lebih sering dilakukan. Anakan atau benih yang seringkali
diambil dari jenis-jenis Ziziphus liar yang selalu tersedia di alam,
dimanfaatkan sebagai batang bawah. Masa pertumbuhan vegetatif merupakan saat
untuk melaksanakan penempelan: tempelan bentuk T atau penempelan cincin
merupakan cara yang dianjurkan. Penyambungan pecut (whip grafting) merupakan
cara penyambungan yang dianjurkan, tetapi penyambungan penyusuan (suckle
grafting), yaitu salah satu pelengkungan, sangat disukai di Thailand. Dl Asia
Tenggara, jarak tanam 5-6 m dianggap perlu, tetapi di India umumnya berjarak
tanam 8-9 m. Mengingat gangguan terhadap akar tunggang mungkin fatal,
kadang-kadang dianjurkan untuk menyemai benih, lalu mengadakan penempelan atau
penyambungan semai di tempatnya. Alternatif lainnya ialah menanam benih pada
keranjang anyaman kawat yang ceper yang diletakkan di permukaan tanah, untuk
memaksa pertumbuhan awal akar-akar lateralnya di lingkungan yang balk, yang
diusahakan di persemaian. Mengingat adanya masalah keserasian, dianjurkan untuk
melaksanakan penanaman campuran 3 kultivar.
k.
Pemeliharaan
Pohon bidara yang masih muda diikatkan pada tonggak, Ialu dilakukan
pemangkasan untuk memperoleh 4 atau 5 cabang penyangga yang bentuknya balk,
yang segera mengisi ruangan yang tersedia; tumpang sari hanya dapat dilakukan 2
atau 3 tahun saja. Pohon asal klon dapat berbuah pada tahun kedua dan dapat
menghasilkan buah yang memadai pada tahun keempat. Pohonnya terutama akan
mengeluarkan bunga dari pucuk pucuk -baru, dan hendaknya dipangkas untuk
meyakinkan bahwa pucuk-pucuk ini memiliki kesuburan yang memadai untuk
menghasilkan buah yang berukuran baik dengan kualitas yang baik pula. Dl India,
pohon bidara berbuah lebat dan teratur, oleh karena itu cabang-cabang penghasil
buah akan cepat sekali menjadi tua, sehingga lambat-laun harus segera
dipangkas; tindakan ini juga menghindari terlalu rapatnya tajuk pohon dan
mendorong kesuburan pucuk. Saat yang paling baik untuk pemangkasan ialah
setelah panen, terutama jika pohon itu meluruhkan daun-daunnya, seperti terjadi
di India. Di India, petani bidara memupuk dengan pupuk kandang setelah
pertumbuhan vegetatif berlangsung, dan pupuk nitrogen diberikan sebagai pupuk
pelengkap pada saat pembentukan buah. Tanaman yang sedang berbuah tidak boleh
mengalami kekurangan air, dan walaupun pohon bidara berakar dalam sekali, kebun
buah bidara ini dipelihara bersih dan diberikan pengairan teknis jika hujan
musim muson tidak mencukupi.
l.
Hama
dan Penyakit
Lalat buah merupakan penyebab utama kerusakan tanaman bidara,
sayangnya serangga ini mempunyai kesenangan pada kultivar yang sama dengan yang
disenangi orang. Kerusakan oleh serangga penggerek buah, ulat pemakan daun,
'weevils', kutu loncat, dan kutu bubuk juga telah dilaporkan. Penyakit embun
tepung dapat menjadi demikian berbahaya, yang dapat menggugurkan daun dan
bakal-bakal buah, namun penyakit ini telah dapat dikendalikan dengan baik.
Penyakitpenyakit yang kurang berbahaya adalah busuk coklat dan bercak daun.
m.
Panen
dan Pasca Panen
Panen Buah-buah bidara tidak dapat matang serentak, jadi diperlukan
pemetikan 4 kali atau lebih untuk menuntaskan panen. Buah yang diambil masih
mentah akan menjadi berbau tidak enak, kecuali jika matang benar, dan buah yang
terlalu matang akan kehilangan daya tarik warnanya dan teksturnya akan keriput.
Di Thailand, buah bidara tersedia di pasaran dari bulan Agustus sampai
Februari; di Filipina, musim buah jatuh dari bulan November sampai Februari.
Penanganan pasca panen Buah bidara tidak mudah rusak, dapat ditangani dengan
balk dan daya tahan tumpuknya sekitar satu minggu. Penyimpanan suhu dingin
dapat memperpanjang musim pemasokan buah selama 1 bulan atau Iebih,
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa di
dalam alquran pohon bidara (Ziiziphus mauritiana) di sebutkan dalam
surah Saba’ ayat 16 dan surah Al-Waqi’ah ayat 28. Pohon bidara yang berada pada
surah Saba’ ayat 16 adalah pohon bidara yang ada di dunia yang memiliki duri
dan sedikit buahnya dan pohon bidara yang ada pada surah Al-waqiah adalah pohon
bidara yang tidak berduri dan buahnyabanyak.
Bidara adalah tanaman yang berupa pohon yang tumbuh mencapai tinggi
5-15 meter. Tumbuhan ini mempunyai daun tunggal, yang bertulang daun utama
tiga, dan terdapat daun penumpu yang berupa duri. Batang, keras dan berkayu.
Buah bentuk bulat telu dan Akar berupa akar tunggang. Serta bunga berupa bunga
yang mempunyai 5 mahkota.
Manfaat dari bidara ini di antaranya adalah daunnya sebagai
sayuran, atau pakan ternak. Batangnya sebagai kayu bakar atau bahan perabotan
rumah. Buahnya sebagai bahan makan.
Daftar Pustaka
Dasuki, Undang Ahmad. 1991. Sistematika Tumbuhan tinggi. Bandung
:ITB
Jazuli, Ahzami Samiun.2006.
Kehidupan dalam Pandangan Alquran. Jakarta : Gema Insani
Ong, Hean Chooi. 2004. Buah : Khasiat makanan dan obat. Jakarta :
Utusan Publication
Rifa’I, Nasib. 2001. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jl. 4. Jakarta:
Gema Insani
Shadily, Hasan. 1998. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta. Kanisius
Steenes, Van J. 2006. Flora Untuk Sekolah Di Indonesia. Jakarta :
Pradnya paramita.
Kak bukubuku referensi tentang daun bidara judulnya apa ya ?
BalasHapusApa ada digramedia